PALEMBANG - Sinyal bahwa zona big four (empat besar) Indonesia Super League (ISL) II bakal ketat sudah kelihatan. Tak ada tim lemah. Perbedaan hasil akhir musim 2008/2009 lalu, sama sekali tidak ada pengaruh. Sriwijaya FC (SFC) sudah merasakannya. Imbang 2-2 (2-2) dengan Pelita Jaya di Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), kemarin (27/2), bukan hal membanggakan. Justru, tim berjuluk Laskar Wong Kito harus membuka mata lebar-lebar bahwa para pesaing tak kalah hebat. ”Performa anak-anak menurun pasca-Lebaran. Jujur, saya harus banyak melakukan pembenahan,” aku Coach Sriwijaya, Rahmad Darmawan.Musim 2008/2009 lalu, The Young Guns (julukan Pelita Jaya) finis urutan ke-9. Sriwijaya urutan ke-5. Tapi, musim 2009/2010 ini, skuadra Fandi Ahmad lebih tangguh. Peta calon penghuni big four, bisa saja berubah. Artinya, tidak ada garansi bagi Sriwijaya untuk jadi juara atau sekadar menghuni zona big four.”Saya akui, tim saya kurang tenang. Bola begitu mudah direbut lawan. Ini jadi bahan evaluasi saya,” pungkas pelatih asal Metro (Lampung).
Dalam laga kemarin, Sriwijaya membuka keunggulan lebih dulu via Rahmat ”Poci” Rivai menit ke-22. Itu setelah menyambar umpan Keith Kayamba Gumbs.
Tapi, Pelita membalasnya via heading I Made Wirahadi menit ke-31. Umpan lambung Firman Utina, diselesaikan dengan baik oleh striker kelahiran Bali, 24 April 1983. Puluhan ribu suporter sempat terhenyak. Mereka tidak percaya ketika I Made Wirahadi kembali mencetak gol menit ke-40. Heading-nya menyambar umpan M Ridwan, tidak mampu dicegah Hendro Kartiko, kiper Sriwijaya.
Beruntung Sriwijaya punya pemain mobile sekelas Zah Rahan. Pria kelahiran Monrovia (Liberia), 7 Maret 1985, mencetak gol di injury time (menit ke-45’+1’). Itu setelah menyambar bola muntah kiper Pelita Jaya, Dian Agus, yang tidak sempurna menangkap tendangan Keith Kayamba.
Setelah itu, tidak ada lagi gol. Waktu 45 menit babak kedua, tak banyak berguna untuk menambah gol. Peluang terbaik, hanya terjadi menit ke-81 via bicycle kick (tendangan salto) Keith Kayamba. Tapi, masih bisa ditepis Dian Agus.
“Bagi kami, 2-2 dengan Sriwijaya sangat bagus. Tim kami mulai percaya diri, meski kami tidak lagi diperkuat Cristian Lopes. Terima kasih atas ujicoba ini,” ungkap Coach Pelita Jaya, Fandi Ahmad.
Lima ujicoba telah dilakoni Sriwijaya. Empat lainnya 3-0 atas Perlis FA asal Malaysia (18/8), 10-1 atas SFC U-21 (3/9), 2-2 dengan Persiwa Wamena (13/9), dan 0-0 dengan Persema Malang (16/9).
Secara hasil, 4 ujicoba ini memang membanggakan. Paling baik, imbang dengan Persiwa dan Persema. sebab, lawan Sriwijaya memang lebih komplet di kandangnya. Demikian menang atas Perlis, juga baik. Sebab, Perlis punya prestasi lebih gemilang. Yaitu lima trofi kampiun dikancah domestik. Plus dua trofi runner up di AFC Cup (2005 dan 2005).
Masih ada satu ujicoba tersisa bagi Sriwijaya. Yaitu meladeni Semen Padang, Rabu (10/9) mendatang. Berkaca pada ujicoba Rabu, 21 Januari lalu, Sriwijaya malah kalah 0-2 dari Semen Padang di Jakabaring.
Meski di kasta divisi utama, tapi skuadra asuhan Arcan Iurie punya komposisi pemain bagus. Mereka punya kiper sekelas Ahmad Kurniawan. Tiga asing komplet, Marcio Sauza, Antonio “Toyo” Claudio, dan Edward Wilson Junior.
Pemain lokalnya, bukan kelas bawah. Mereka punya jebolan timnas seperti Hengki Ardiles, Gusrifen Efendi, dan Budi Kurnia. Bahkan, ada empat mantan pemain Sriwijaya di Semen Padang. Yaitu Nico Susanto, Masferi Kasim, Nofianto, dan Syafruddin. (mg43/mg2) [sumeks]
Tuesday, September 29, 2009
Sriwijaya FC 2 - 2 Pelita Jaya [Uji Coba], Untung Ada Zah Rahan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment